"Oo..tidak...tidak."
"Jangan...jangan saya yang dipilih menjadi Ketua RT."
"Saya sibuk. tidak punya waktu"
"Saya kerjanya berangkat pagi, pulang malam. Kasihan warga kalau saya jadi Ketua RT, yang lain saja."
"Jangan...saya, warga di sini 'resek', malas saya menjadi ketua RT di sini."
"Tidak,..Jangan...enak aja, udah tidak digaji, kalau ada apa-apa warga marah2nya selalu ke RT"
"Tidak,..Jangan...enak aja, udah tidak digaji, kalau ada apa-apa warga marah2nya selalu ke RT"
Kira-kira itulah sepenggal potret reaksi warga kalau diminta menjadi Pengurus Lingkungan. Lebih banyak warga yang keberatan. Kalaupun jadi Ketua RT (misalnya) banyak yang terpaksa. Sangat jarang ditemukan warga yang dengan suka rela mencalonkan diri menjadi Ketua RT.............................!!!
Pemerintahan di Indonesia dari yang paling tinggi sampai rendah ada, yaitu Presiden sampai dengan Lurah. Semuanya akan disebut sebagai orang No. 1 di tempat kerjanya atau lingkungannya. Lebih luas lagi seluruh Indonesia untuk Presiden. Tapi kadang kita melupakan aparat yang terkecil di lingkungan masyarakat yang tugasnya melebihi aparat Pemerintah itu sendiri. Dan kadangkala orang menganggap remeh tugas dan kewajibannya. Itulah Ketua Rt (Rukun Tetangga)
Pemerintahan di Indonesia dari yang paling tinggi sampai rendah ada, yaitu Presiden sampai dengan Lurah. Semuanya akan disebut sebagai orang No. 1 di tempat kerjanya atau lingkungannya. Lebih luas lagi seluruh Indonesia untuk Presiden. Tapi kadang kita melupakan aparat yang terkecil di lingkungan masyarakat yang tugasnya melebihi aparat Pemerintah itu sendiri. Dan kadangkala orang menganggap remeh tugas dan kewajibannya. Itulah Ketua Rt (Rukun Tetangga)
Barangkali betul jika dikatakan, menjadi Ketua RT itu berat. Penyelesaian masalah warga banyak bertumpu kepada Ketua RT. Bahkan program pemerintahpun sangat membutuhkan peran aktif Ketua RT. Sementara apresiasi dari pemerintah dan warga jauh dari memadai. "Jangankan berbuat salah, berbuat baik pun potensial digunjingkan warga".
Sebut saja mulai dari pengurusan KTP, masalah keamanan dan kebersihan lingkungan, perselisihan warga, parkiran warga, tawuran, kematian, pernikahan sampai harus ditanyai oleh Polisi apabila ada salah seorang warganya yang berurusan dengan hukum. Bahkan terkadang juga ada kesan "RT hanyalah sebatas orang yang bisa disuruh-suruh untuk hal-hal yang seharusnya bisa dilakukan oleh warga". seakan-akan seluruh hal yang terjadi di lingkungan mutlak menjadi tanggung jawab RT bukan menjadi tanggung jawab warga itu sendiri secara keseluruhan.
Kendatipun demikian, bukan berarti kalau menjadi Ketua RT tidak ada nilainya. Secara materi memang tidak ada, bahkan menjadi Ketua RT/Pengurus Lingkungan lebih banyak tombok. Maka tidak heran jika ada yang bilang, "Ketua RT itu disamping ujung tombak, juga ujungTOMBOK." Kendatipun demikian, dengan menjadi Ketua RT kita akan mendapatkan kepuasan batin. Kepuasan batin dikala mampu membantu orang lain, membuat lingkungan tempat tinggal menjadi lebih baik. Bahkan kalau ikhlas, insya Allah di mata Allah pengabdian menjadi Pengurus RT/RW akan mengundang pahala dan ridho Allah, dan mengundang keberkahan hidup. Menjadi pengurus warga sesungguhnya tidak seburuk yang dibayangkan banyak orang. Menjadi pengurus RT/RW itu mudah dan menyenangkan.
0 comments:
Post a Comment